Setelah dari Pelabuhan Bau Bau, suasana di kapal semakin kacau dan pengap. Penumpang yang naik dari pelabuhan ini sangat banyak, sampai-sampai mereka tidak kebagian ranjang tidur lagi. Yang membuat miris adalah bayaran tiket mereka sama tetapi mereka tidak mendapatkan tempat di kapal. Beberapa penumpang terpaksa mengisi lantai-lantai dek kapal dengan menggunakan kardus atau karung yang dijual oleh para ABK ataupun pedagang.
Bagaimana hari pertama berada di KM Dobonsolo? Luar biasa!! Kapal adalah transportasi yang paling tidak saya senangi. Karena apa? Karena berada di air. Primbon saya mengatakan bahwa saya tidak cocok di air maka dari itu saya tidak bisa berenang (?) Maklumlah, saya kan Avatar, the last air bender.
Pada sore hari tadi saya berjanji untuk bertemu salah satu teman komunitas saya, sebut saja namanya Yudi Setiawan. Kami berjanji untuk berjumpa di salah satu kedai kopi di Palembang, yaitu Kopi Pulang. Kenapa kami memilih tempat ini untuk berjumpa? Karena lokasinya yang dekat dengan homestay saya. Padahal saya menginap di kosan kakak perempuan saya tetapi dibilang homestay oleh Yudi. Masih kebawa suasana travelling kemarin sepertinya.
Hari keberangkatan kami ke Papua dimulai hari ini, yaitu pada tanggal 4 September 2018. Pukul 07.00 WIB saya telah selesai mandi dan tiba-tiba ada telepon masuk di hape saya, dari Rina, salah satu anggota divisi lingkungan juga. Dia menanyakan saya di mana dan meminta izin untuk datang ke penginapan saya untuk menumpang mandi. Rina baru saja sampai di Surabaya pagi ini dengan Ari Budi Santosa menggunakan kereta api. Ari Budi Santosa adalah salah satu anggota divisi pendidikan, sama seperti Shaffa. Rina, Ari dan Shaffa sama-sama berasal dari Bandung sedangkan Nday dari Tasikmalaya tetapi sebelum ke Surabaya Nday mengikuti seminar terlebih dahulu di Bandung. Saya pun langsung mengabari Nday bahwa nanti akan ada Rina dan Ari. Si Nday sudah bangun tetapi si Shaffa masih tidur.
Siapa yang menyangka saya bisa
menginjakkan kaki di tanah Papua?
Saya pun tidak pernah menyangka sebelumnya. Alhamdulillah, salah satu mimpi saya terwujud sebelum nafas ini berhenti berhembus. Hal ini patut saya syukuri dalam hidup saya. Perjalanan dan doa yang panjang tidak pernah lelah saya lakukan, hingga saya
mempunyai kesempatan untuk menginjakkan kaki saya di tanah Papua pada bulan September lalu.